Dahulu kala, sering terjadi perkelahian antara buaya dan
ikan sura (hiu) di lautan. Perkelahian mereka dipicu oleh perebutan mangsa.
Kedua hewan ini sama kuat dan tangguh. Meskipun berkelahi berkali-kali, tak ada
satu pun yang menang ataupun kalah. Oleh karena itu, mereka mencoba mencari kesepakatan.
"Hai, Buaya. Aku bosan berkelahi terus seperti
ini," kata ikan sura "Aku juga!" sahut buaya.
"Kita buat kesepakafan saja. Bagi daerah kekuasaan kita
menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya terhadap mangsa-mangsa di air. Sementara
itu, kau sepenuhnya menguasai mangsa di darat. Batas air dan darat adalah
daerah yang dicapai oleh air laut ketika pasang," kata ikan sura.
"Baiklah, aku setuju!" jawab buaya.
Sejak itu, keduanya sepakat menghormati wilayah
masing-masing, sehingga tidak ada perkelahian.
Namun, suatu hari, ikan sura menyalahi kesepakatan itu.
Diam-diam, ia mencari mangsa di sungai.
Ketika mengetahui kecurangan ikan sura, buaya sangat marah.
Patung Sura dan Baya |
"Hai, Sura! kau telah melanggar kesepakatan yang telah
kita buat bersama. Sungai adalah daerah kekuasaanku!" teriak buaya dengan
marah.
"Apa yang telah aku langgar? Aku kan berburu mangsa
yang ada di air!" jawab ikan sura.
"Namun, sungai letaknya di darat, berarti sungai adalah
daerah kekuasaanku! Daerahmu adalah perairan laut!" kata buaya.
Keduanya lalu bersitegang dan terjadilah perkelahian. Mereka
saling menggigit satu sama lain. Perairan sekitarnya menjadi merah karena darah
yang berasal dari luka-luka kedua hewan buas ini. Ikan sura berhasil menggigit
pangkal ekor buaya sebelah kanan sehingga ekor buaya menjadi bengkok ke kiri.
Pertarungan ikan sura dan buaya ini menjadi inspirasi terciptanya nama kota Surabaya. Ada juga pendapat lain bahwa nama Surabaya berasal dart kata "sura" yang artinya selamat, dan kata "baya" yang artinya bahaya. Jadi, jika digabungkan bisa berarti selamat dari bahaya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar